Utsukushii hito.
Kirei-na hito.

Kedua kalimat di atas bisa diartikan “orang yang cantik”. Baik utsukushii maupun kirai adalah kata bahasa Jepang yang artinya “cantik” dan masuk ke dalam kelas kata sifat. Lalu, apa sih bedanya utsukushii dan kirei? Kenapa kalimat kedua memakai tambahan na.

Artikel ini akan membahas perbedaan jenis kata sifat dalam bahasa Jepang dan perubahan bentuk yang terjadi pada kata sifat. Kalian juga bisa dengan mudah memahami perbedaannya melalui contoh-contoh kalimat yang akan diberikan.

Untuk lebih jelasnya, langsung saja simak penjelasan di bawah ini.

Penjelasan Keiyoushi / Keiyou-doushi

Dalam tata bahasa Jepang, kata sifat dibedakan ke dalam 2 kelompok, yaitu keiyoushi (adjektiva) dan keiyou-doushi (verba adjektiva). Baik keiyoushi maupun keiyou-doushi adalah kata sifat yang mengungkapkan atau menerangkan sifat, keadaan, dan emosi dari seseorang atau sebuah benda. Selain itu, sama halnya dengan kata kerja bahasa Jepang, kata sifat bahasa Jepang pun mengalami perubahan.

Keiyoushi (Kata Sifat Golongan I)

Kata sifat pada golongan I ditandai dengan kata yang berakhiran dengan huruf hiragana ~i (~い). Itulah mengapa dalam Pendidikan bahasa Jepang, kata sifat pada golongan I ini disebut sebagai i-keiyoushi.

Secara garis besar, i-keiyoushi memiliki 3 fungsi utama, yaitu :

  1. Memodifikasi kata benda (sebagai pewatas)
  2. Mengungkapkan sifat dari subjek kalimat (sebagai predikat)
  3. Mengubah / memodifikasi kata kerja

Baik Ketika digunakan sebagai predikat dalam kalimat maupun sebagai pewatas kata benda (menerangkan kata benda), bentuk dasar i-keiyoushi tidak mengalami perubahan bentuk. Sedangkan ketika menjadi pengubah kata kerja, i-keiyoushi akan mengalami perubahan. Coba perhatikan contoh kalimat di bawah ini.

Kono kaban wa takai.
Takai kaban.
Takaku mieru.

Kata sifat i-keiyoushi jumlahnya cukup terbatas, berikut beberapa contoh i-keiyosuhi yang mungkin akan sering kalian gunakan.

Bentuk Dasar/KamusArti
OmoshiroiMenarik
AtsuiPanas
OishiiEnak, Lezat
OokiiBesar
YasashiiBaik (orang), lembut
MuzukashiiSulit
Ii / YoiBagus, baik

Keiyou-doushi (Kata Sifat Golongan II)

Berbeda dengan i-keiyoushi yang mudah dikenali karena berakhiran huruf hiragana ~i (~い), kata sifat golongan II tidak memiliki spesifikasi khusus dan terlihat seperti kosakata biasa. Hanya saja untuk bentuk dasarnya yang juga digunakan dalam percakapan kasual, keiyou-doushi ini seringkali diakhiri dengan ~だ (~da).

Dalam kokubunpou (tata bahasa nasional Jepang), kata sifat golongan II atau verba adjektiva ini disebut keiyou-doushi. Namun, dalam Pendidikan bahasa Jepang, kata sifat golongan II ini dikenal dengan istilah na-keiyoushi. Hal ini dikarenakan, ketika kata sifat golongan II digunakan sebagai pewatas benda atau untuk menerangkan kata benda, maka harus ditambahkan ~な (~na) sebelum kata benda yang dijelaskan. Coba kita perhatikan contoh di bawah ini.

Kono doresu wa suteki da.
Suteki-na doresu.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, tidak ada akhiran spesifik dari kata sifat 2. Berikut beberapa contoh na-keiyoushi yang mungkin akan sering kalian gunakan.

Bentuk Dasar/KamusArti
ShiawaseBahagia
KikenBahaya
ShizukaTenang
BenriPraktis
HimaLuang, Senggang
SutekiBagus

Informasi Tambahan

PERLU DIINGAT!

Ada beberapa kata sifat yang berakhiran ~i (~い), tetapi termasuk ke dalam golongan na-keiyoushi. Di antaranya adalah sebagai berikut.

Bentuk Dasar/KamusArti
KireiCantik
KiraiTidak suka, benci
SaiwaiBahagia, beruntung
ZonzaiKasar, ceroboh, gegabah
AimaiTidak jelas, tidak dapat dipercaya

Na-keiyoushi juga berlaku untuk kata sifat yang diambil dari bahasa asing, seperti beberapa kata di bawah ini.

Bentuk Dasar/KamusArti
HansamuTampan
HappiBahagia
RakkiiBeruntung

Perubahan Bentuk Kata Sifat Bahasa Jepang

Sama halnya dengan perubahan bentuk kata kerja, kata sifat bahasa Jepang pun mengalami perubahan bentuk, baik yang disebabkan oleh tujuan, keadaan, maupun waktu.

Keiyoushi / i-keiyoushi (Kata Sifat Golongan I)

Di luar bentuk dasar, berikut perubahan bentuk yang berlaku untuk kata sifat golongan I.

Mizen-kei (Bentuk Kehendak / Kemungkinan / Perkiraan)

Menunjukkan hal yang belum terjadi. Perubahan bentuk i-keiyoushi pada mizen-kei adalah dengan mengubah akhiran hiragana ~i (~い) menjadi ~karou.

Bentuk Dasar/KamusArtiBentuk Perubahan
~i~karou
OmoshiroiMenarikomoshirokarou
AtsuiPanasatsukarou
SamuiDinginsamukarou
OokiiBesarookikarou
YasashiiBaik (orang), lembutyasashikarou
HayaiCepathayakarou
OsoiLambatosokarou
Ii / YoiBagus, baikyokarou
Kata sifat ii / yoi mengalami perubahan bentuk dengan mengubah kata sifat yoi bukan ii.

Jadi bentuk kehendak pada perubahan i-keyoushi bisa diartikan :

  • “Saya kira itu…”
  • “Saya harap itu….”
  • “Biarlah….!!!”
  • “Apakah….”

Hal yang perlu kalian perhatikan adalah bentuk perubahan ~karou ini agak tidak umum dan termasuk ke dalam tata bahasa kuno. Saat ini, orang Jepang lebih suka menggunakan ~darou atau ~deshou, yang merupakan bentuk kehendak yang umum digunakan na-keiyoushi, daripada bentuk kehendak dari i-keiyoushi itu sendiri. Berbeda dengan penggunaan ~karou yang menghilangkan huruf hiragana ~i (~い), penggunaan ~darou dan ~deshou cukup ditambahkan pada bentuk dasar i-keiyoushi.

Contoh Kalimat :
~karou
Undou wo hajimeru no ga hayakarou ga osokarou ga, kenkou ni ii to iu no wa kawarimasen.
Atsukarou ga samukarou ga dou demo ii.
~darou / ~deshou
Kotoshi no fuyu wa samui deshou/darou.
Kare wa yasashii deshou/darou.

Renyou-kei (Bentuk Kata Penghubung)

Kata sifat i-keiyoushi dalam kelompok perubahan bentuk renyou-kei umumnya digunakan sebagai kata penghubung, di mana bentuk kata sifat berubah dengan cara mengubah akhiran hiragana ~i (~い) menjadi ~ku (~く)  atau ~kat (~かっ), yang digunakan dalam pola kalimat yang berbeda-beda.

1. Bentuk Lampau (~katta)

Bentuk lampau dari i-keiyoushi diubah dengan mengubah akhiran hiragana ~i menjadi ~katta. Perhatikan beberapa contoh i-keiyoushi yang diubah ke dalam bentuk lampau di bawah ini.

Bentuk Dasar/KamusArtiBentuk Perubahan
~i~katta
OmoshiroiMenarikomoshirokatta
AtsuiPanasatsukatta
SamuiDinginsamukatta
OokiiBesarookikatta
SuzushiiDingin, sejuksuzushikatta
MuzukashiiSusah, sulitmuzukashikatta
OsoiLambatosokatta
Ii / YoiBagus, baikyokatta
Kata sifat ii / yoi mengalami perubahan bentuk dengan mengubah kata sifat yoi bukan ii.
Contoh Kalimat :
Kinou wa samukatta.
Atsukatta node, kuuraa wo tsukemashita.
Kinou wa suzushikatta noni, kyou wa totemo atsui desu.
Sensei ga itta toori, kotoshi no shiken wa muzukashikatta desu.

Sebagai tambahan, penggunaan i-keiyoushi bentuk lampau ini digunakan juga untuk pola kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi . Untuk lebih jelasnya bisa kalian baca di artikel “partikel ~tari”.  

2. Bentuk Negatif / Negatif Lampau (~kunai / ~kunakatta)

Bentuk negatif dari i-keiyoushi diubah dengan mengubah akhiran hiragana ~i menjadi ~kunai, dan diganti ~kunakatta untuk bentuk negatif lampau. Perhatikan beberapa contoh i-keiyoushi yang diubah ke dalam bentuk lampau dan negatif di bawah ini.

Bentuk Dasar/KamusArtiBentuk Perubahan Negatif
~i~kunai
Bentuk Perubahan Negatif Lampau
~i~kunakatta
TakaiMahaltakakunaitakakunakatta
AtsuiPanasatsukunaiatsukunakatta
SamuiDinginsamukunaisamukunakatta
KaraiPedaskarakunaikarakunakatta
OishiiEnak, lezatoishikunaioishikunakatta
MuzukashiiSusah, sulitmuzukashikunaimuzukashikunakatta
OsoiLambatosokunaiosokunakatta
Ii / YoiBagus, baikyokunaiyokunakatta
Kata sifat ii / yoi mengalami perubahan bentuk dengan mengubah kata sifat yoi bukan ii.
Contoh Kalimat :
Kono kaban wa takakunai.
Kono raamen wa amari karakunai.
Kesa no choushoku wa zenzen oishikunai.
Kinou wa atsukunakatta desu.
Amari samukunakatta okagede, kotoshi no fuyu wa zenzen kaze wo hikanakatta.
3. Mengubah / Memodifikasi Kata Kerja

Seperti yang sudah disebutkan di atas, salah satu fungsi utama dari i-keiyoushi adalah “mengubah / memodifikasi kata kerja. Dalam pola kalimat ini dapat diartikan “melakukan (kata kerja) dengan (kata sifat). Adapun bentuk i-keiyoushi diubah dengan mengubah akhiran hiragana ~i menjadi ~ku yang disertai kata kerja.Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat beberapa contoh kalimat di bawah ini.

Contoh Kalimat :
Hana ga utsukushiku sakimasu.
Omiyage wo yasuku kaimashita.
Kanojo wa hayaku hashirimasu.

Sebagai tambahan, i-keiyoushi sebagai kata penghubung digunakan dalam berbagai pola kalimat bahasa Jepang, di antaranya :

Shuushi-kei dan Rentai-kei (Bentuk Dasar)

Pada dasarnya, i-keiyoushi yang digunakan dalam shuushi-kei dan rentai-kei adalah i-keiyoushi bentuk dasar, dengan artian tidak mengalami perubahan bentuk. Yang membedakannya adalah letak kata sifat dalam kalimat. Seperti arti dari shuushi-kei (bentuk akhir), i-keiyoushi dalam shuushi-kei di simpan di akhir kalimat, dalam hal ini kata sifat berfungsi sebagai predikat atau kata sifat predikatif.

Di sisi lain, rentai-kei (bentuk atributif) adalah saat kata sifat memodifikasi sesuatu, seperti kata benda, atau kata keterangan seperti node, toki, noni, dan sebagainya. Rentai-kei terkadang juga disebut bentuk pra-nominal atau bentuk preposisi, yaitu kata sifat yang muncul sebelum kata benda.

Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan beberapa contoh di bawah ini.

Contoh Kalimat :
Shuushi-kei
Kono hon wa omoshiroi desu.
Kono apaato wa eki kara tooi.
Hikouki wa fune yori hayai desu.
Nihongo no benkyou wa muzukashii desu.
Rentai-kei
Kyouto wa furui machi desu.
A : Ana-san no boushi wa dore desuka?
B : Kiiroi boushi desu.
Mimi ga nagai hito.
Kono hon wa omoshiroi node, mata karitai desu.
Kyou wa okyaku ga sukunai node, ryouri no zairyou ga nokori sou desu.
Kanashii toki, kono uta wo utaimasu.
Samui toki, danbou wo tsuketa hou ga ii desu.

Katei-kei (Bentuk Syarat / Pengandaian)

Kata sifat i-keiyoushi dalam kelompok perubahan bentuk katei-kei umumnya digunakan dalam pola kalimat bentuk syarat dan pengandaian (asumsi).

1. Bentuk Syarat (~ba)

Kalimat yang menggunakan kata sifat bentuk syarat menunjukkan bahwa jika syarat yang dinyatakan pada kalimat pertama terjadi, maka isi yang dinyatakan pada kalimat kedua juga terjadi secara umum dan logis. Adapun perubahan bentuk kata sifat terjadi dengan cara mengubah akhiran hiragana ~i menjadi ~kereba untuk bentuk positif, dan diganti ~kunakereba untuk bentuk negatif. Coba kita perhatikan beberapa perubahan i-keyoushi ke dalam bentuk syarat di bawah ini.

Bentuk Dasar/KamusArtiBentuk Perubahan
~i~kereba
Bentuk Perubahan Negatif
~i~kunakereba
NemuiMengantuknemukerebanemuku nakereba
TooiJauhtookerebatooku nakereba
KuraiGelapkurakerebakuraku nakereba
KaraiPedaskarakerebakaraku nakereba
OishiiEnak, lezatoishikerebaoishiku nakereba
MuzukashiiSusah, sulitmuzukashikerebamuzukashiku nakereba
OsoiLambatosokerebaosokunakereba
Ii / YoiBagus, baikyokerebayokunakereba
Kata sifat ii / yoi mengalami perubahan bentuk dengan mengubah kata sifat yoi bukan ii.
Contoh Kalimat :
Nemukereba, koko de nete mo ii desu.
Amari tooku nakereba, aruite ikimasu.
Kurakereba kurai hodo, hoshi ga yoku miemasu.
Yokereba tsukatte kudasai.
2. Bentuk Pengandaian / Asumsi (~tara)

Kalimat yang menggunakan kata sifat bentuk pengandaian menunjukan bahwa jika pengandaian yang dinyatakan pada kalimat 1 terjadi, maka akan terjadi hal yang dinyatakan pada kalimat 2. Umumnya digunakan dalam percakapan secara luas, tetapi tidak digunakan dalam bentuk penulisan.

Adapun perubahan bentuk kata sifat yaitu dengan cara mengubah akhiran hiragana ~i menjadi ~kattara untuk bentuk positif, dan diganti ~kunakattara untuk bentuk negatif. Coba kita perhatikan beberapa perubahan i-keyoushi ke dalam bentuk asumsi di bawah ini.

Bentuk Dasar/KamusArtiBentuk Perubahan
~i~kattara
Bentuk Perubahan Negatif
~i~kunakattara
SamuiDinginsamukattarasamuku nakattara
IsogashiiSibukisogashikattaraisogashiku nakattara
KuraiGelapkurakattarakuraku nakattara
KaraiPedaskarakattarakaraku nakattara
OishiiEnak, lezatoishikattaraoishiku nakattara
MuzukashiiSusah, sulitmuzukashikattaramuzukashiku nakattara
OsoiLambatosokattaraosoku nakattara
Ii / YoiBagus, baikyokattarayokunakattara
Kata sifat ii / yoi mengalami perubahan bentuk dengan mengubah kata sifat yoi bukan ii.
Contoh Kalimat :
Samukattara, kore wo kiru.
Isogashiku nakattara, ashita, eiga wo mi ni ikimasenka?

Keiyou-doushi / na-keiyoushi (Kata Sifat Golongan II)

Sama halnya dengan i-keiyoushi, di luar bentuk dasar, berikut perubahan bentuk yang berlaku untuk kata sifat golongan II.

Mizen-kei (Bentuk Kehendak / Kemungkinan / Perkiraan)

Menunjukkan hal yang belum terjadi. Perubahan bentuk na-keiyoushi pada mizen-kei adalah dengan menambahkan ~darou, atau ~deshou untuk nuansa yang lebih formal.

Bentuk Dasar/KamusArtiBentuk Perubahan
~darou
ShiawaseBahagiaShiawase darou
KikenBahayaKiken darou
ShizukaTenangShizuka darou
FubenTidak praktis, merepotkanBenri darou
HimaLuang, SenggangHima darou
SutekiBagusSuteki darou
Contoh Kalimat :
Kono sutairu wa kirei darou.
Kono chiiki wa, densha ya basu ga nai kara, koutsuu ga fuben darou.
Kare wa itsumo hima darou.

Renyou-kei (Bentuk Kata Penghubung)

Kata sifat i-keiyoushi dalam kelompok perubahan bentuk renyou-kei umumnya digunakan sebagai kata penghubung, atau dalam kalimat lampau.

1. Bentuk Lampau (~datta)

Bentuk lampau dari na-keiyoushi diubah dengan menambahkan ~datta, atau ~deshita untuk nuansa yang lebih formal. Perhatikan beberapa contoh na-keiyoushi yang diubah ke dalam bentuk lampau di bawah ini.

Bentuk Dasar/KamusArtiBentuk Perubahan
~datta / ~deshita
KikenBahayaKiken datta
ShizukaTenangShizuka datta
FubenTidak praktis, merepotkanFuben datta
HimaLuang, SenggangHima datta
SutekiBagusSuteki datta
Contoh Kalimat :
Mukashi, koko wa shizuka datta.
Kono atari wa kiken deshita.
Kinou, ichi nichi-juu hima datta.

Sebagai tambahan, penggunaan na-keiyoushi bentuk lampau ini digunakan juga untuk pola kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi (partikel konjungsi). Untuk lebih jelasnya bisa kalian baca di artikel “partikel ~tari”.  

2. Bentuk Negatif / Negatif Lampau (~dewanai / ~dewanakatta)

Bentuk negatif dari na-keiyoushi diubah dengan menambahkan ~dewanai, dan diganti ~dewanakatta untuk bentuk negatif lampau.

Perhatikan beberapa contoh i-keiyoushi yang diubah ke dalam bentuk lampau dan negatif di bawah ini.

Bentuk Dasar/KamusArtiBentuk Perubahan Negatif
~dewanai
Bentuk Perubahan Negatif Lampau
~dewanakatta
JouzuPandai, MahirJouzu  dewanaiJouzu  dewanakatta
HetaTidak pandaiHeta  dewanaiHeta  dewanakatta
BenriPraktisBenri dewanaiBenri dewanakatta
HimaLuang, SenggangHima dewanaiHima dewanakatta
SutekiBagusSuteki dewanaiSuteki dewanakatta
GenkiSehatGenki dewanaiGenki dewanakatta
Tambahan

Nuansa lebih formal :
~dewanai ~dewa arimasen
~dewanakatta ~dewa arimasen deshita

Nuansa lebih kasual :
dewanai janai
dewanakatta janakatta

Contoh Kalimat :
Kono kikai wa benri dewanai.
Koukou jidai, kare no koto wa suki dewanakatta.
Sakura-san wa genki dewanai.
Ashita wa hima dewa arimasen.
Eigo wa amari jouzu dewa arimasen. Heta desu.
3. Mengubah / Memodifikasi Kata Kerja

Sama halnya dengan i-keiyoushi, na-keiyoushi pun bisa digunakan untul “mengubah / memodifikasi kata kerja. Dalam pola kalimat ini dapat diartikan “melakukan (kata kerja) dengan (kata sifat). Adapun bentuk na-keiyoushi diubah dengan menambahkan ~ni yang disertai kata kerja. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat beberapa contoh kalimat di bawah ini.

Contoh Kalimat :
Kare wa shizuka ni aruiteimasu.
Mai-asa, heya wo kirei ni soujishite kudasai.
Kanojo wa migoto ni odoru.
Shizuka ni nemuru.

Sebagai tambahan, na-keiyoushi sebagai kata penghubung digunakan dalam berbagai pola kalimat bahasa Jepang, di antaranya :

Shuushi-kei dan Rentai-kei (Bentuk Dasar)

Sama halnya dengan i-keiyoushi, na-keiyoushi yang digunakan dalam shuushi-kei dan rentai-kei adalah na-keiyoushi bentuk dasar. Yang membedakannya adalah pada shuushi-kei ditambahkan ~da, dan berfungsi sebagai predikat atau kata sifat predikatif. Untuk kalimat yang lebih formal kalian bisa mengganti ~da menjadi ~desu.

Sedangkan na-keiyoushi pada rentai-kei ditambahkan ~na, dan berfungsi sebagai kata sifat atributif atau pra-nominal, yaitu kata sifat yang memodifikasi sesuatu, seperti kata benda, atau kata keterangan seperti node (karena), toki (ketika, saat), noni (walaupun), dan sebagainya..

Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan beberapa contoh di bawah ini.

Contoh Kalimat :
Shuushi-kei
Kono basho wa kiken da.
Kono machi wa shizuka da.
Keitaidenwa wa totemo benri desu.
Achira no kouen wa shizuka desu.
Koko wa keshiki ga kirei desu.
Rentai-kei
Kore wa kantan-na mondai desu.
Mainichi shinsen-na yasai sarada wo taberu.
Sakkaa ga suki-na Yamada-san desu.
Koko wa yakei ga kirei-na basho desu.
Hima-na toki, hon wo yomimasu.
Shigoto ga taihen-na toki, senpai ni tetsudatte moraimashita.
Kyou wa hima-na node, kaimono ni ikimasu.
Kare ga suki-na noni, “suki” to iemasen.

Katei-kei (Bentuk Syarat / Pengandaian)

Kata sifat na-keiyoushi dalam kelompok perubahan bentuk katei-kei umumnya digunakan dalam pola kalimat bentuk syarat dan pengandaian (asumsi).

1. Bentuk Syarat (~naraba)

Kalimat yang menggunakan kata sifat bentuk syarat menunjukkan bahwa jika syarat yang dinyatakan pada kalimat pertama terjadi, maka isi yang dinyatakan pada kalimat kedua juga terjadi secara umum dan logis. Adapun perubahan bentuk kata sifat terjadi dengan cara menambahkan ~naraba untuk bentuk positif, dan diganti ~denakereba untuk bentuk negatif. Coba kita perhatikan beberapa perubahan na-keyoushi ke dalam bentuk syarat di bawah ini.

Bentuk Dasar/KamusArtiBentuk Perubahan
~naraba
Bentuk Perubahan Negatif
~denakereba
JouzuPandai, MahirJouzu narabaJouzu denakereba
HetaTidak pandaiHeta narabaHeta denakereba
BenriPraktisBenri narabaBenri denakereba
HimaLuang, SenggangHima narabaHima denakereba
SutekiBagusSuteki narabaSuteki denakereba
GenkiSehatGenki narabaGenki denakereba
Contoh Kalimat :
Hitsuyou naraba, katta hou ga ii desu.
Sono michi ga kiken naraba, tooranai hou ga ii deshou.
Kono shorui wa daiji naraba, katadzukete okinasai.
Hima naraba, issho ni eiga demo mi ni ikimasenka?

Menominakan Kata Sifat

Sebagai tambahan, baik i-keiyoushi maupun na-keiyoushi bisa diubah menjadi kata benda dengan mengubah akhiran hiragana ~i menjadi ~sa atau cukup menambahkan ~sa pada na-keiyoushi. Perubahan ini berfungsi untuk menunjukkan taraf atau derajat yang bisa dihitung, keadaan, atau sifat secara abstrak. Arti dari kata benda yang dihasilkan mengacu pada kuantitas objektif dari kata benda tersebut.

Perubahan Bentuk
  • i-keiyoushi : ~i~sa
  • na-keiyoushi : + ~sa

Adapun kata sifat bahasa Jepang yang bisa diubah menjadi kata benda dengan menambahkan akhiran ~sa adalah kata sifat yang tergolong ke dalam kelas berikut :

  • Zokusei keiyoushi yang menunjukkan sifat yang dapat dirasakan indera manusia. Misalnya, amai, takai, yawarakai, dan sebagainya.
  • Kankei keiyoushi atau kata sifat yang menunjukkan hubungan dan jarak. Misalnya, tooi, chikai, dan sebagainya.
  • Chokkan/hyouka keiyoushi atau kata sifat yang menunjukkan penilaian. Misalnya, utsukushii, tsuyoi, muzukashi, dan sebagainya.
  • Shukan/kanjou/kankaku keiyoushi atau kata sifat yang menunjukkan perasaan dan emosi. Misalnya, itai, kurushii, kanashii, dan sebagainya.

i-Keiyoushi

Bentuk DasarArtiBentuk Perubahan
~i~sa
Arti
AtsuiPanasAtsusaKepanasan / Panasnya
SamuiDinginSamusaKedinginan / Dinginnya
HayaiCepatHayasaKecepatan / Cepatnya
TakaiTinggiTakasaKetinggian / Tingginya
HiroiLebarHirosaKeluasan / Luasnya
OishiiEnakOishisaKeenakan / Enaknya
YasashiiRamahYasashisaKeramahan / Keramahan

Yasashii bisa diartikan “mudah” ; yasashisa kemudahan/mudahnya

Contoh Kalimat :

Fuji-san no takasa wa san-zen nana-hayaku rokujuuroku meetoru desu.
Anata no yasashisa ni kansha shimasu.
Kono mise no raamen no oishisa wa wasureraremasen.

na-Keiyoushi

*Perlu diingat bahwa tidak semua kata sifat golongan 2 bisa diubah menjadi kata benda!

Bentuk DasarArtiBentuk Perubahan
~sa
Arti
TaisetsuPentingTaisetsu-saPentingnya
FushigiAneh / AjaibFushigi-saAneh / Keanehan
TaihenSusahTaihen-saKesulitan
GoukaMewahGouka-saKemewahan / Mewahnya
BenriPraktisBenri-saKemudahan/Praktisnya
KaitekiNyamanKaiteki-saKenyamanan

Contoh Kalimat :

Konkai, kazoku no taisetsu-sa wo manabimashita.
Kyuuden no gouka-sa ni odorokimashita.
Kono shigoto no taihen-sa wo yoku shitte imasu.
Watashi wa hoteru no kaiteki-sa to benri-sa wo tanoshimu no ga suki yo.

Informasi Tambahan

Selain membubuhkan akhiran ~sa, untuk mengubah kata sifat menjadi kata benda bisa juga membubuhkan akhiran ~mi. Namun, kata sifat yang bisa dibubuhi akhiran ~mi sangatlah terbatas karena terdapat berbagai batasan dan syarat dalam pembentukannya. Selain itu, maknanya juga lebih subjektif karena mewakili perasaan atau sudut pandang pembicara dan derajatnya tidak bisa dihitung serta cenderung lebih natural.

Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini.

Baburutii no ama-sa wa dou shimasuka? Ichi kara juu wo erande kudasai. 
Natsu kara aki ni kakete, kono tomato ni wa tokubetsuna ama-mi ga detekuru.
Jibun tachi ga shiai ni maketa no wa tairyoku no yowa-sa yori mo seishinryoku no yowa-sa ga gen’in datta.
Hito ni yowa-mi wo misetakunai.
Kinai ni mochikomeru baggu no omo-sa wo oshiete kudasai.
Chichi no kotoba niwa omo-mi ga aru.

Kesimpulan

Itulah penjelasan tentang perubahan bentuk kata sifat dalam bahasa Jepang. Dapat disimpulkan bahwa perubahan kata sifat bahasa Jepang dipengaruhi oleh kelas kata sifat yang terdiri dari i-keiyoushi (kata sifat berakhiran ~i) dan na-keiyoushi (kata sifat tanpa akhiran khusus). Selain itu, kata sifat juga bisa diubah ke dalam bentuk kata kerja dengan membubuhkan akhiran ~sa atau ~mi. Dengan mengenali perubahan bentuk kata sifat bahasa Jepang, akan memudahkan kalian dalam menyusun kalimat dan memperkaya perbendaharaan kata untuk kalian gunakan dalam percakapan bahasa Jepang.

Semoga penjelasan di atas mudah dipahami dan dimengerti. Jangan lupa untuk terus berlatih dan mengingat bagaimana perubahan bentuk kata sifat maupun kata kerja. Jangan lupa juga terus ikuti informasi seputar Jepang dan bahasa Jepang di Kepo Jepang.

Sebelum membaca artikel yang lainnya, coba kita perhatikan kembali hal-hal di bawah ini.

  • Q) Dibagi ke dalam berapa golongankah kata sifat dalam bahasa Jepang?
  • Q) Kenapa kata sifat golongan II disebut “na-keiyoushi’?
  • Q) Bagaimana cara menominakan kata sifat (menjadikan kata benda)?
  • Q) Bagaimana menyambungkan kata sifat dengan kata kerja?

Jika kalian penasaran dengan pertanyaan lainnya seputar Jepang dan bahasa Jepang, langsung baca saja di halaman ini ya!