Di Jepang, rata-rata usia menikah baik pria maupun wanita terus mengalami kenaikan, akan tetapi ketika anak-anak muda yang masih lajang ditanya alasan kenapa mereka masih belum menikah, jawaban yang diberikan pria dan wanita sedikit berbeda.

Dahulu, Jepang memiliki pandangan yang kuat bahwa “Suami bekerja, Istri mengurus rumah tangga”, oleh karena itu kaum wanita tidak melanjutkan sekolah ke universitas, cepat menikah dan diharapkan dapat mengabdikan diri kepada suami. Akan tetapi, semakin meningkatnya pendidikan yang diambil dan kemajuan sosial yang terus berlanjut memperluas kesempatan wanita untuk melanjutkan karir setelah lulus sekolah, hal ini menghasilkan peningkatan jumlah wanita yang terlambat menikah.

Kali ini saya akan menjelaskan beberapa poin utama yang menjadi alasan kenapa wanita Jepang belum ingin menikah.

Bertambahnya wanita mandiri karena peningkatan pendidikan yang diambil dan kemajuan sosial

Peningkatan pendidikan menyebabkan pernikahan terlambat

Jepang puluhan tahun yang lalu tidak menyukai wanita berpendidikan untuk dijadikan istri. Tetapi, seiring berkembangnya zaman, wanita pun semakin banyak yang melanjutkan sekolah setelah lulus SMA, baik melanjutkan ke tingkat diploma maupun sekolah kejuruan. Umumnya pria melanjutkan kuliah 4 tahun dan wanita melanjutkan ke jenjang diploma. Terlebih akhir-akhir ini, tanpa membedakan gender, siapapun bisa melanjutkan kuliah 4 tahun, tercatat pria yang melanjutkan kuliah ada 55.6% dan wanita sekitar 48.2% (2016).

Dengan begini, jika dulu di usia 18 atau 20 tahun wanita Jepang berhenti melanjutkan pendidikan, saat ini anak-anak muda masih melanjutkan sekolah sampai usia 22 tahun. Setelah lulus biasanya mereka lanjut bekerja dan banyak yang bekerja keras di tahun pertama dan kedua tanpa memikirkan soal pernikahan dan hal lainnya. Setelah berusia sekitar 25 tahun mereka baru mulai memikirkan masalah pernikahan.

Wanita pun tidak ingin mengorbankan pekerjaannya

Walaupun wanita yang bekerja setelah menyelesaikan kuliah menjadi hal yang biasa, hal yang umum juga bagi wanita berhenti bekerja setelah menikah. Walaupun tidak langsung berhenti bekerja, banyak juga yang kehilangan pekerjaan setelah melahirkan, baik perusahaan maupun karyawan lainnya menganggap wanita tidak bisa bekerja dalam jangka waktu panjang.

Akan tetapi, akhir-akhir ini, wanita bisa bekerja sesuai dengan minatnya masing-masing, mereka pun menikah dengan syarat tetap bisa melanjutkan pekerjaan, bahkan setelah melahirkan pun bisa mengambil cuti dalam jangka waktu tertentu kemudian bisa kembali bekerja. Semakin banyak wanita yang menunjukkan kesuksesan yang setara dengan pria. Para wanita pun mulai membanggakan pekerjaan dan peningkatan karir yang mereka capai, oleh karena itu mereka tidak mau berhenti bekerja hanya untuk menikah. Karena hal ini, mereka harus memilih pasangan yang mengizinkan mereka untuk terus bekerja setelah menikah dan melahirkan. Hal ini tentunya menyebabkan kesulitan menemukan pasangan hidup.

Sekarang wanita yang memilih pria

Ketika mereka yang berumur pertengahan 20-30an dan belum menikah ditanya mengapa belum menikah, para pria umumnya menjawab “Tidak ada kesempatan bertemu wanita”, sedangkan para wanita banyak yang menjawab “Tidak menemukan pasangan yang bisa memenuhi kriteria”.

Dengan kata lain, kebanyakan wanita memiliki kandidat pria yang bisa menjadi pacar mereka tetapi tidak ada pria yang sesuai dengan kriteria. Lalu apa sajakah kriteria pasangan hidup bagi mereka?

Pertama adalah yang sudah disebutkan di atas, orang yang bisa mengizinkan mereka tetap bekerja setelah menikah dan melahirkan. Tentunya pendapat pasangan dan orang tua pasangan pun menjadi sesuatu yang penting dalam hal ini.

Hal lainnya, wanita zaman sekarang mengharapkan orang-orang yang menyayangi dia dan keluarganya dapat bekerja sama dalam mengurus rumah tangga dan membesarkan anak, dan juga orang yang dapat menghargai masalah uang dan sebagainya. Semakin banyaknya tuntutan dan kemauan, maka beberapa orang akhirnya terlambat menikah.

Menikah bukanlah suatu keharusan

Orang-orang terdekat tidak mempermasalahkan (Menghindari perjodohan)

Alasan anak muda tidak menikah berhubungan erat dengan perubahan pandangan dalam pernikahan. Dahulu, orang tua yang memiliki anak yang sudah masuk usia menikah berusaha mencarikan pasangan menikah, mengatur perjodohan, dan sebisa mungkin segera menikahkan anak-anak mereka.

Tetapi sekarang, pernikahan yang berdasar atas hubungan kedua orang tua dan kerabat sudah jarang sekali. Hal yang umum saat ini, pria dan wanita bertemu di sekolah atau tempat kerja, berpacaran lalu menikah. Masalah waktu dan pasangan menikah sudah diserahkan ke masing-masing orang, selain itu karena orang yang membicarakan soal pernikahan pun sedikit, anak-anak muda lebih memfokuskan diri kepada pekerjaan dan menjalani hobi mereka, keadaan seperti ini membuat mereka santai dalam mencari pasangan.

Merasa puas dengan kehidupan sebagai lajang

Pada masa di mana orang-orang berpikiran bahwa wanita tidak bisa bekerja dalam jangka waktu lama, wanita yang setelah lulus bekerja berada di posisi yang tidak jelas atau posisi menggantung. Walaupun dia orang yang pintar, jarang sekali yang diberikan posisi penting. Karena perusahaan akan kesulitan ketika mereka berhenti setelah menikah dan melahirkan, perusahaan tidak terlalu memberikan perhatian lebih dan tidak akan memberikan promosi.

Akan tetapi saat ini berbeda. Kebanyakan wanita menghargai pekerjaan yang mereka miliki. Bahkan jika mereka tidak menyukai pekerjaan mereka sekalipun, mereka senang bisa berhubungan langsung dengan masyarakat melalui pekerjaan mereka dan siapapun akan bahagia ketika orang-orang di perusahaan dan para pelanggan merasa senang. Selain itu, mereka puas dengan gaji yang mereka dapatkan karena cukup untuk kehidupan sendiri, berdandan, jalan-jalan dan bermain setiap hari bersama teman atau pacar.

Dengan kehidupan yang penuh kebebasan dan tanpa beban seperti ini, jika tiba-tiba muncul sosok “suami”, apa yang akan terjadi? Walaupun menikah karena saling suka, uang dan waktu yang biasanya digunakan 100% untuk diri sendiri, mau tidak mau harus dibagi dengan suami. Bahkan tempo dalam pekerjaan pun akan terganggu. Tampaknya kecemasan akan ketidaknyamanan semacam inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa mereka tidak mau atau tidak bisa melangkah ke jenjang pernikahan.

Kesimpulan

Terakhir, saya ingin membahas pentingnya masalah keuangan ketika menikah. Pada kenyataannya baik pria maupun wanita, banyak sekali yang tidak menikah karena merasa kesulitan dalam urusan keuangan.

Masalah utama bagi pria adalah jika suatu saat karena alasan tertentu istri harus berhenti bekerja, maka mereka harus menanggung keuangan keluarga seorang diri.

Sebaliknya, para wanita mempertimbangkan berbagai macam kekhawatiran seperti apakah penghasilan yang didapatkan akan mencukupi jika suami istri sama-sama bekerja, akankah perusahaan tempat bekerja memberikan cuti hamil dan melahirkan, akankah suami mau bekerja sama dalam mengurus pekerjaan rumah tangga dan lain sebagainya. Alhasil, semakin banyak hal yang dikhawatirkan semakin ragu untuk menikah.

https://kepojepang.com/alasan-menunda-atau-tidak-menikah/